BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Penyakit
jantung rematik (Reumatic Heart
Diseases/RHD) adalah salah satu komplikasi yang sangat membahayakan dari
demam reumatik.Penyakit jantung reumatic adalah sebuah kondisi dimana terjadi
kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang disebabkan oleh demam
reumatik,katup-katup jantung tersebut rusak karena proses perjalanan penyakit
yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus type A(contoh
Streptococcus pyogenes),bakteri yang
bisa menyebabkan demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39%pasien
dengan demam reumatik akut bisa terjadi pada kelainan jantung mulai dari
gangguan katup,gagal jantung ,perikarditis(Radang selaput jantung)bahkan
kematian.Dengan penyakit jantung reumatik yang kronik pada pasien dapat terjadi
stenosis(gangguan katup),aritmia(ganggguan irama jantung)dan gangguan fungsi
ventrikel(ruang jantung).
Reumatic Heart Diseases(RHD) terdapat
diseluruh dunia.Lebih dari 100.000 kasus baru demam reumtic didiagnosa setiap
tahunnya,khususnya pada kelompok anak usia 5-15 tahun.Cenderung terjangkit pada
daerah dengan suhu dingin,lembab,lingkungan dengan kondisi kebersihan dan
gizinya kurang memadai.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apakah
definisi dari Reumatic Heart Diseases ?
2.
Apakah
etiologi dari Reumatic Heart Diseases ?
3.
Bagaimana
patofisiologi Reumatic Heart Diseases ?
4.
Bagaimana
pathway dari Reumatic Heart Diseases?
5.
Bagaiman
penatalaksana Reumatic Heart Diseases ?
6.
Bagaimana
manifestasi klinis Reumatic Heart Diseases ?
7.
Apa
komplikasi dari penyakit reumatic heart disease ?
8.
Pencegahan
dari Rheumatic Heart Diseases ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diharapkan
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami baik konsep penyakit Reumatic Heart
Diseases maupun konsep keperawatan pada klien dengan Reumatic Heart Diseases (RHD)
1.3.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mengetahui:
1.
Definisi
dari Reumatic Heart Diseases
?
2.
Etiologi
dari Reumatic Heart Diseases
?
3.
Patofisiologi Reumatic Heart Diseases ?
4.
Pathway
Reumatic Heart Diseases?
5.
Manifestasi
klinis Reumatic Heart Diseases ?
6.
Komplikasi Rheumatic Heart Diseases ?
7.
Pemeriksaan
diagnostik Reumatic Heart Diseases?
8.
Penatalaksana Reumatic Heart Diseases ?
9.
Pencegahan
dari Rheumatic Heart Diseases ?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN REUMATIC HEART
DISEASE
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang
ditandai dengan kerusakan pada katub jantung akibat serangan karditis reumatik
kut yang berulang kali.(kapita selekta
edisi 3,2000)
Demam
reumatik atau penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradanga sistemik akut
atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi β Steptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme
perjalanannya belum diketahui,dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu
poliarthritis migrans akut,karditis,korea minor,nodul subkutan dan eritema
marginatum.
2.2
ETIOLOGI
Penyebab
terjadinya penyakit reumatic heart diseases diperkirakan adalah reaksi autoimun
(kekebalan tubuh)yang disebabkan oleh demam reumatik.Infeksi infeksi β Steptococcus Hemolyticus Grup A
pada tenggorok yang selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam
reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Beberapa faktor predisposisi
terjadinya penyakit jantung reumatic/reumatic heart diseases:
1. Faktor individu
·
Faktor
genetik
Karena adanya antigen limfosit manusia(LHA)yang tinggi terhadam demam
reumatic menunjukkan hubungan dengan aloantigen sel β spesifik dikenal dengan
antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
·
Umur
Umur merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik
penyakit ini sering mengenai anak umur 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8
tahun.Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang
sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah umur 20 tahun.Distribusi umur ini
dikatakan sesuai dengan insiden infeksi steptococcus pada anak usia sekolah.
·
Reaksi
autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding sel streptococcus β hemolitikus
grup A dengan glikoprotein dal3am katub.,ini sangat mendukung terjadinya
miokarditis dan valvulitis pada reumatic fever.
2. Faktor lingkungan
· Keadaan sosial ekonomi
yang buruk
Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang
terpenting sebagai predisposisi untuk terjadinya demam rematik. Insidens
demam reumatik di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum era
antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan
yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan sehingga
pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang,pendapatan yang rendah
sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini
merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.
·
Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakiibatkan insiden infeksi saluran
nafas bagian atas meningkat,sehingga insiden demam reumatic meningkat.
·
Demam
reumatik merupakan penyakit kosmopolit.Penyakit terbanyak didapatkan didaerah
yang beriklim sedang.
2.3 PATOFISIOLOGI PENYAKIT
REUMATIC HEART DISEASE
1. Demam reumatik yang
mengakibatkan PJR terjadi akibat sensitasi dari antigen SGA setelah 1-4 minggu
infeksi Streptococcus Grup A beta hemolitikus di faring. Terdapat dua mekanisme
yang diajukan sebagai pathogenesis dari demam reumatik :
2.
Respons hiperimun yang bersifat autoimun maupun alergi
3.
Efek langsung organisme streptococcus atau toksinnya.
Yang paling dapat diterima adalah mekanisme pertama yaitu dari sudut
imunologi, dimana reaksi autoimun terhadap infeksi streptococcus akan
menyebabkan kerusakan jaringan atau manifestasi demam reumatik, dengan cara :
1.
Streptococcus grup A akan menyebabkan infeksi faring
2.
Antigen Streptococcus akan menyebabkan pembentukan antibody pada pejamu
yang hiperimun
3.
Antibodi akan bereaksi dengan antigen streptococcus, dan dengan jaringan
pejamu yang secara antigenic sama seperti streptococcus
4.
Autoantibodi tersebut bereaksi dengan jaringan pejamu sehingga
mengakibatkan kerusakan jaringan.
Kerusakan
jaringan yang disebabkan tersebut berupa peradangan difus yang menyerang
jaringan ikat berbagai organ, terutama jantung, sendi
dan kulit. Terserangnya jantung merupakan keadaan yang sangat penting, karena
kematian pada fase akut, yang sebagian besar karena gagal jantung, dan
kecacatan jantung, yang sebagian besar oleh adanya deformitas katup.
Keterlibatan jantung pada penyakit demam rematik dapat mengenai setiap
komponen jaringannya. Proses radang selama karditis akut paling sering terbatas
pada endokardium dan miokardium, namun pada pasien dengan miokaditis berat,
pericardium dapat juga terlibat. Peradangan di endokardium biasanya
mengenai endotel katup, sekitar 50% kasus adalah katup mitral, yang
mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir katup yang ditunjukkan
dengan adanya vegetasi seperti manik-manik (verruceae) di sepanjang
pinggir daun katup. Proses ini mengganggu penutupan katup yang efektif,
mengakibatkan regurgitasi katup. Jika tidak ada pembalikan
proses dan penyembuhan, proses ini akhirnya akan menyebabkan stenosis dan
perubahan pengapuran yang kasar, yang terjadi beberapa tahun pasca serangan.
Peradangan di miokardium, terdapat pembentukan lesi nodular yang khas pada
dinding jantung berupa sel Aschoff yang terdiri dari infiltrat perivaskuler sel
besar dengan inti polimorf dan sitoplasma basofil tersusun dalam roset
sekeliling pusat fibrinoid yang avaskular. Peradangan Perikardium, adanya
penumpukan cairan (eksudasi) di dalam rongga perikard yang disebut sebagai
efusi perikard. Dan hal ini mengganggu pengisian ventrikel sehingga volume
sekuncup berkurang.
Bila terjadi karditis seluruh lapisan jantung akan dikenai.
Perikarditis paling sering terjadi dan perikarditis fibrinosa kadang-kadang
didapati. Pada keadaan fatal, keterlibatan miokard menyebabkan pembesaran semua
ruang jantung. Pada miokardium mula-mula didapati fragmentasi serabut kolagen,
infiltrasi limfosit, dan degenerasi fibrinoid dan diikuti didapatinya nodul
aschoff di miokard yang merupakan patognomonik DR.
2.7 PATHWAY
Streptococcaus hemoliticus b grup
A
|
Melepaskan
endotoksin
|
Demam
reumatik
|
Faring
dan tonsil
|
Faringitis
dan tonsilitis
|
Tubuh
mengeluarkan antibody berlebihan
|
Respon
imunologis abnormal/autoimun
|
RHD
|
Jantung
|
Persendian
|
MK : Hipertermia
|
SSP
|
Kulit
|
Gerakan involunter, lemah
otot/ chorea
|
Radang pd kulit &
jaringan subkutan
|
Peradangan pd membran
sinovial
|
Peradangan katup mitral
|
Polyartritis/
Arthralgia
|
↑ sel retikuloendotelial,
plasma, limfosit
|
MK : Intoleransi
aktivitas
|
Bercak merah/eritema
marginatum
|
Jaringan parut
|
Stenosis katup mitral
|
MK
: Penurunan curah jantung
|
MK
: Nyeri Akut
|
MK : Kerusakan integritas
kulit
|
GI tract
|
Kerja lambung ↑
|
HCL ↑
|
Mual, anoreksia
|
MK : Nutrisi kurang dari
kebutuhan
|
Merangsang medulla oblongata
|
Kompensasi saraf simpatis
|
2.3 MANIFESTASI KLINIS PENYAKIT REUMATIC HEART DISEASE
Kriteria Minor :
1.
Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung reumatik
2.
Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3.
Demam tidak lebih dari 390 C
4.
Leukositosis
5.
Peningkatan laju endap darah (LED)
6.
C-Reaktif Protein (CRP) positif
7.
P-R interval memanjang
8.
Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
9.
Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
Kriteria Mayor :
1. Artritis
Artritis adalah gejala major yang
sering ditemukan pada DR akut (majeed H.A 1992). Sendi yang dikenai
berpindah-pindah tanpa cacat yang biasanya adalah sendi besar seperti lutut,
pergelangan kaki, paha, lengan, panggul siku, dan bahu. Munculnya tiba-tiba
dengan rasa nyeri yang meningkat 12-24 jam yang diikuti dengan reaksi radang.
Nyeri ini akan menghilang secara perlahan-lahan.
Radang sendi ini
jarang yang menetap lebih dari satu minggu sehingga terlihat sembuh sempurna.
Proses migrasi artritis ini membutuhkan waktu 3-6 minggu. Sendi-sendi kecil
jari tangan dan kaki juga dapat dikenai. Pengobatan dengan aspirin dapat
merupakan diagnosis terapetik pada atritis yang sangat bermanfaat. Bila tidak
membaik dalam 24-72 jam, maka diagnosis akan diragukan.
2. Karditis
Karditis merupakan manifestasi
klinis yang penting dengan insidens 40-50% (majeed HA 1992), atau berlanjut
dengan gejala yang lebih berat yaitu gagal jantung. Karditis ini bisa hanya
mengenai endokardium saja. Endokarditis terdeteksi saat adanya bising jantung. Katup
mitrallah yang terbanyak dikenai dan dapat bersamaan dengan katup aorta. Adanya
regurgitasi mitral ditemukan dengan bising sistolik yang menjalar ke aksila,
dan kadang-kadang juga disertai bising mid-diastolik (bising carey cooms). Miokarditis dapat bersamaan
dengan endokarditis sehingga terdapat kardiomegali atau gagal jantung.
Perikarditis tak akan berdiri sendiri, biasanya parkarditis.
3.
Chorea
Chorea ini didapatkan 10% dari DR
(Strasser, 1978) yang dapat merupakan manifestasi klinis sendiri atau bersamaan
dengan karditis. Masa laten infeksi SGA dengan chorea cukup lama yaitu 2-6
bulan atau lebih. Lebih sering dikenai pada perempuan pada umur 8-12 tahun. Dan
gejala ini muncul selama 3-4 bulan. Gerakan-gerakan tanpa disadari akan
ditemukan pada wajah dan anggota-anggota gerak tubuh yang biasanya unilateral.
Dan gerakan ini menghilang saat tidur.
4.
Eritema Marginatum
Eritema marginatum ini ditemukan
kira-kira 5% dari pasien DR, dan berlangsung berminggu-minggu dan berbulan,
tidak nyeri dan tidak gatal.
5.
Nodul Subkutanius
Besarnya kira-kira 0.5-2 cm,
bundar, terbatas dan tidak nyeri tekan. Demam pada DR tidak khas, dan jarang
menjadi keluhan utama oleh pasien DR ini (strasser, 1981)
2.4 KOMPLIKASI
Gagal jantung dapat terjadi pada beberapa kasus,komplikasi lainnya termasuk aritmia jantung,pankarditis dengan efusi yang luas, pneumonitis reumatik, emboli paru, infark dan kelainan katub jantung.
2.5
PENATALAKSANAAN PENYAKIT REUMATIC HEART
DISEASE
1
Pengobatan segera terhadap
semua faringitis yang disebabkan oleh streptokokus beta- hemolitikus group A melalui pemberian tablet oral penisilin
V atau suntikan IM benzatin penisilin
G atau melalui pemberian eritromisin pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin
2
Pemberian salisilat untuk
meredakan demam serta rasa nyeri dan mengurangi pembengkakan sendi
3
Pemberian kortikosteroid jika
pasien menderita karditis atau jika pemberian salisilat tidak berhasil
meredakan rasa nyeri serta inflamasi
4
Tirah baring yang ketat selama
sekitar lima minggu pada pasien karditis berat; tindakan ini dilakukan untuk
mengurangi kebutuhan jantung
5
Tirah baring, pembatasan
natrium, pemberian inhibitor ACE, digoksin, dan diuretik untuk mengatasi gagal
jantung
6
Pembedahan korektif seperti
komisurotomi (pemisahan daun katup mitral yang saling melekat dan menjadi
tebal), valvuloplasti (peniupan balon dalam katup), atau penggantian katup
(dengan katup buatan) untuk disfungsi katup mitral atau aorta yang berat dan
menimbulkan gagal jantung yang persisten
7
Pencegahan sekunder demam
reumatik dengan suntikan IM benzatin penisilin G sebulan sekali atau tablet
oral penisilin V atau sulfadiazin setiap hari, yang dimulai sesudah fase akut
mereda (Biasanya pengobatan dilakukan selama sedikitnya lima tahun atau sampai
pasien berusia 21 tahun atau salah satu diantaranya yang lebih lama)
8
Terapi profilaksis antibiotik
ketika pasien menjalani perawatan gigi dan prosedur bedah atau invasif lain
untuk mencegah endokarditis.
2.6 Pencegahan
Jika
kita lihat di atas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan
adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). Tentu saja pencegahan yang terbaik adalah bagaimana
upaya kita jangan sampai mengalami demam Rematik
(terserang infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus).
ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang
terserang kuman tersebut,di antara faktor lingkungan seperti kondisi
kehidupan yang jelek, kondisi tempat tinggal berdesakan dan akses kesehatan
yang kurang merupakan Determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini.
Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya infeksi
Streptokokus untuk terjadi DR.
Seseorang yang
terinfeksi kuman Streptokokus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik
harus di berikan terapi yang maksimal dengan Antibiotiknya.Hal ini
menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan
penyakit Jantung Rematik.
BAB 3
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Anamnesa
1.
Identitas Pasien
- Nama
: Tidak berpengaruh
- Usia :
Berpengaruh ( biasanya terjadi pada umur 5-15)
- Jenis kelamin : wanita lebih beresiko dari pada laki-laki
- Jenis pekerjaan : Tidak berpengaruh
-
Alamat :Lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan
penghuni padat beresiko tinggi terkena RHD
- Suku/bangsa : Orang berkulit hitam lebih beresiko dibandingkan orang
berkulit putih (Amerika)
- Agama :
Tidak berpengaruh
- Tingkat pendidikan : rendahnya pendidikan sehingga pengertian
untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang
2.
Riwayat kesehatan:
Ø Keluhan
Utama :
Klien mengeluh Sakit/nyeri pada
persendian
Ø Riwayat
Penyakit Sekarang :
Klien datang dengan Leukositosis,
Artritis, Karditis, Eritema Marginatum, Nodul subkutan
Ø Riwayat
Penyakit Dahulu :
Klien datang dengan riwayat gagal
jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh bagian jantung),
pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan
katup jantung, dan infark (kematian sel jantung)
Ø Riwayat
Penyakit Keluarga :
Ada kelurga yang pernah menderita demam
reumatik, penyakit jantung rematik, atau penyakit jantung lain
3.Pemeriksaan
fisik
A. TTV
TD
:110/70 mmHg
N :80x/menit
RR
:20x/menit
Suhu: 38,70C
B.
Pemeriksaan Fisik Head
to Toe
a.
Kepala : ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, bentuk
kepala normal
b.
Mata : ada gerakan yang tidak disadari
c.
Hidung : terdapat napas cuping hidung
d.
Kulit : Turgor kulit kembali setelah 3 detik
e.
Paru :
Inspeksi : terdapat edema, ptekie
Palpasi :
vocal fremitus tidak sama
Perkusi :
redup
Auskultasi : terdapat pericardial friction rub, ronki, krekels
f.
Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tampak
Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
Perkusi : redup
Auskultasi : terdapat murmur, gallop
g.
Abdomen :
Inspeksi : perut simetris
Palpasi : kadang-kadang dapat terjadi
hepatomegali
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal
h.
Genetalia : tidak ada kelainan
i.
Ekstermitas : pada inspeksi sendi terlihat bengkak
dan merah, ada gerakan yang yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan
terjadi kelemahan otot
C.
Pola Fungsional Gordon
a.
Pola persepsi dan
pemeliharaan kesehatan
Klien mengalami penurunan dalam
pemeliharaan kesehatan, dan bergantung pada orang lain
b.
Pola nutrisi dan
metabolik
Klien tidak nafsu makan, dan terjadi
peningkatan suhu tubuh
c.
Pola aktivitas dan
latihan
Klien mengalami penurunan aktivitas
dikarenan sesak dan nyeri
d.
Pola istirahat dan tidur
Klien mengalami kesulitan untuk tidur
e.
Pola eliminasi
Pola eliminasi terganggu akibat
penurunan asupan nutrisi
f.
Pola persepsi sensori
dan kognitif
Klien mengalami perubahan kemampuan dalam
indera peraba
g.
Pola mekanisme koping
Klien mengalami gangguan dalam
mekanisme koping, yaitu ditandai dengan klien nampak cemas, ketakutan
h.
Pola konsep diri
Terjadi perubahan dalam gambaran diri
i.
Pola hubungan
Terjadi perubahan peran, isolasi
j.
Pola reproduksi
Pada bayi dan anak belum terjadi
pematangan reproduksi
k.
Pola kepercayaan
Penurunan kegiatan beribadah
4.Pemeriksaan
Diagnostik
a)
Pemeriksan
laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan
peningkatan ASTO, peningkatan laju endapan darah (LED) terjadi leukositosis,dan terjadi penurunan hemoglobin
b)
Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks terjadi pembesaran pada
jantung
c)
Pemeriksaan
Ecocardiogram
Menunjukkan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
d)
Pemeriksaan
Elektrokardiogram
Menunjukkan interval P-R memanjang
e)
Psikologi
Meliputi perasaan pasien terhadap
penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
3.2
CONTOH ANALISIS DATA
NO
|
WAKTU
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
TTD
|
1
|
|
DS:Klien mengatakan jantung berdebar –debar
DO:Takikardi,hipotensi,pucat,bunyi jantung melemah.
Pemeriksaan LAB:
·
Peningkatan ASTO(>200 lu/dl)
·
Perubahan EKG pada gelombang P-R memanjang(>0,2
second)
·
Pada Echokardiogram menunjukkan adanya pembesaran pada jantung
dikarenakan gagalnya penutupan katup mitral
|
Adanya gangguan pada penutupan katup mitral
|
Penurunan curah jantung
|
|
2
|
|
DS :Klien mengeluh panas(suhu badannya tinggi)
DO:
a.Peningkatan suhu tubuh,takikardi
TD :120/90 mmHg
N :70x/menit
RR :24x/menit
Suhu:
38,70C
b. Pemeriksaan darah
menunjukkan terjadi leukositosis,dan terjadi penurunan
hemoglobin 9(11-13gram/dl)
Hapusan tenggorokan
disebabkan streptococcus hemolitikus b grup A.
|
Peradangan pada membran sinovial dan katup jantung
|
Hipertermia
|
|
3
|
|
DS: Klien mengeluh cepat lelah saat aktifitas,sesak nafas
DO:Klien tampak lemas dan pucat
|
Ketidakseimbangan suplai oksigen
|
Intoleransi aktifitas
|
|
4
|
|
DS:Klien mengeluh mual dan muntah,nafsu makan menurun,lemas
DO:Lemah,lesu,pucat. Berat badan menurun.
A: Berat Badan menurun(dari 35 kg ke 33kg)
B:
: Hb menurun 9 (11-13
gram/dl)
C: Mukosa bibir kering dan turgor kulit menurun(kembali
setelah 2 second)
D: Nafsu makan pasien menurunt
( ½ porsi)
|
Peningkatan asam lambung akibat kompensasi saraf simpatik
|
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
|
|
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d adanya ganggua pada penutupan
katup mitral.
2. Hipertermia b.d peradangan pada membran sinovial dan katup
jantung.
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplay
oksigen
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d
peningkatan asam lambung akibat kompensasi saraf simpatik
3.4 INTERVENSI
TANGGAL
|
DX
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
TTD
|
12-12-2014
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan penurunan curah jantung dapat
diminimalkan
KH:
K:
Klien mampu mengidentifikasi penyebab dari penurunan
curah jantung(dada berdebar-debar)
A:
Klien mengatakan dadanya sudah tidak berdebar lagi
P:
Klien dapat melakukan pencegahan secara mandiri jika
curah jantung abnormal kembali
P:Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan Curah jantung kembali normal
Dengan
TTV :
TD: 120/90 mmHg
RR: 20x/menit
Nadi : 80x/menit
Suhu : 37 ºC
|
O:
Observasi TTV klien secara teratur
N:
Observasi perubahan warna kulit terhadap sianosis
E:
Jelaskan kepada klien tentang TTV
C:
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk
pemberian oksigen dan pemberian digitalis
|
1.
Memonitoring adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin dan adanya
takikardi –disritmia sebagai kompensasi meningkatkan curah jantung
2.
Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak
adekuatnya curah jantung.Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi
aliran darah pada ventrikel
3.
Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan konsumsi O2 dan kerja berlebihan
4.
Stres emosi menghasilkan vasokonstriksi yang meningkatkan TD dan
meningkatkan kerja jantung
Dan Meningkatkan sediaan oksigen untuk fungsi miokard dan mencegah hipoksia
|
|
12-12-2014
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam
diharapka hiperetmia teratasi dengan
KH:
K:
Klien dapat menjelaskan penyebab dari hipertermi
A:
Klien mengatakan bersedia untuk diberikan kompres
hangat
P:
Klien mampu menurunkan suhu tubuh secara mandiri
P:
Suhu tubuh kembali normal
Suhu normal(26-37oC),
Nadi normal(80x/menit),
Leukosit normal(4.300-11.400per mm3darah)
|
O:
Observasi suhu tubuh klien
N:
1.
Berikan kompres hangat pada lipatan tubuh dan terdapat banyak pembulu
darah besar seperti aksila dan perut
2.
Menganjurkan klien minum 2 liter/hari jika memungkinkan
3.
Menganjurkan klien untuk tira baring(bed rest)
E:
Memberikan HE
kepada klien tentang penyakitnya
C:
Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain untuk pemberian antipiretik dan anti radang
|
1.
Mengetahui derajat suhu tubuh untuk dilakukan intervensi selanjutnya
2.
Membantu memberikan efek fasodilatasi pembulu darah sehingga pengeluaran
panas terjadi secara evaporasi
3.
Mencegah terjadinya peradangan dan hipermetabolisme
4.
Mengurangi proses peradangan sehingga peningkatan suhu tidak terjadi
secara steptococus hemolitikus
|
|
12-12-2014
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam diharapkan dapat
mengatasi ketidakseimbangan suplay oksigen dengan
KH:
K:
Klien dapat mengidentifikasi penyebab dari intoleransi
aktivitas dan ketidakseimbangan suplay oksigen
A:
Klien mengatakan badannya sudah tidak lemas dan
bersedia diberikan terapi oksigen jika klien mengalami sesak
P
Klien dapat
melakukan aktivitas secara mandiri dan bertahap
P:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak
mengalami sesak
|
O:
Observasi kebutuhan oksigen klien
dan turgor kulit
N:
Memberikan terapi oksigen saat klien mengalami sesak
nafas
E:
Memberikan HE kepada klien tentang penyakitnya dan
bagaimana cara mengatasinya secara sederhana
C:
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain untuk
memberikan oksigen kepada klien
|
·
Mengetahui seberapa banyak klien membutuhkan oksigen
·
Agar klien tidak mengalami sesak nafas saat suplay oksigen dalam tubuhnya
menurun
·
Agar klien dapat menyelesaikan masalah dengan sederhana tentang penyakit
yang diderita
|
|
12-12-2014
|
4
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan keseimbangan kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan
KH:
K:
Klien mampu menjelaskan tentang ketidakseimbangan
nutrisi yang dialami
A:
Klien mengatakan sudah tidak mual dan muntah lagi
P:
Klien dapat menghabiskan porsi makannya
A: Berat Badan naik(dari 33 kg ke 34kg)
B: : Hb normal 12(11-13
gram/dl)
C: Mukosa bibir lembab dan turgor kulit normal(kembali
kurang dari 2 second)
D: Nafsu makan klien meningkat ( 1-2porsi)
|
O:
Observasi kebutuhan nutrisi klien
N:
Memberikan makanan yang kaya akan zat-zat yang
dibutuhkan oleh tubuh
E:
Memberikan HE kepada klien untuk dapat mempertahankan
kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuhnya
C:
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan(Ahli Gizi)
|
·
Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien
·
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
·
Untuk menambah pengetahuan klien tentang pemenuhan suplay nutrisi
|
|
3.5 IMPLEMENTASI
TANGGAL/JAM
|
NO.
DX
|
IMPLEMENTASI
|
RESPON.PX
|
TTD
|
12-12-2014
07:30
10:00
12:00
13.30
|
1
1 ,3
1,2,3,4
4
1,3
2
2
2
4
3
|
· mengobservasi TTV klien
· Menganalisa turgor kulit klien
· Mengkaji tingkat pemahaman klien tentang
penyakitnya
· Memberi makan klien
· Memberikan terapi Oksigen dan obat digitalis
· mengobservasi Suhu klien
· Melakukan kompres hangat dan menganjurkan klien air putih 2 liter/hari
· Memberikan obat anti piretik dan anti radang sesuai dengann
indikasi
· Memberikan asupan nutrisi ( makan siang)
· Mengajarkan tehnik relaksasi dan distraksi seperti nafas dalam dan
mendengarkan musik yang disukai
|
DS
: Klien mengatakan jantung tidak berdebar-debar
DO
: TD: 120/85
mmHg
RR:
20x/menit
Nadi :
80x/menit
Suhu :
38,5 ºC
Ds: -
DO: Turgor Kulit klien kembali dalam waktu 2 detik
DS: klien mengataka sudah
mengerti tentang penyakit yang diderita
DO: -
DS
: -
DO:
A: Berat Badan naik 35 Kg
B: : Hb normal 12 (11-13 gram/dl)
C: Mukosa bibir lembab dan turgor kulit normal(kembali
kurang dari 2 second)
D: Nafsu makan klien meningkat ( 1-2porsi)
DS: -
DO: Klien Tenang dan nyaman
DS: -
DO: TTV:
TD:
120/80 mmHg
RR:
18x/menit
Nadi :
85x/menit
Suhu : 3,5
ºC
DS:-
DO: Klien melakukan sesuai anjuran
DS: -
DO:Klien melakukan sesuai anjuran
DS:Klien mengatakan kenyang
DO: porsi makan klien habis
DS:-
DO: Klien tampak rilexs
|
|
3.6 EVALUASI
HARI/TANGGAL
JAM
|
NO.DX
|
EVALUASI
|
TTD
|
Rabu, 12-12-2012
08.00 WIB
|
1
|
S:
Klien mengatakan jantung tidak
berdebar-debar
O:
Tidak pucat,bunyi jantung normal
A:
Masalah teratasi
P:
Melanjutkan intervensi
|
|
Rabu, 12-12-2012
12.00 WIB
|
2
|
S:
Klien mengatakan suhu badan tidak panas.
O:
Suhu tubuh normal,
TD :
120/90 mmHg
N :80x/menit
RR :20x/menit
Suhu : 370C
A:
Masalah teratasi Sebagian
P:
Melanjutkan intervensi
|
|
Rabu, 12-12-2012
16.00 WIB
|
3
|
S:
Klien mengatakan tidak cepat lelah saat
aktivitas,tidak sesak nafas
O:
Tidak pucat tidak lemas.
A:
Masala teratasi sebagian
P:
Melanjutkan intervensi
|
|
Rabu, 12-12-2012
20.00 WIB
|
4
|
S:
Klien mengatakan tidak mual tidak muntah
nafsu makan meningkat
O:
Tidak pucat tidak lemas tidak lesu
A: Berat
Badan naik
35 Kg
B:
Hb normal 12 (11-13 gram/dl)
C: Mukosa bibir lembab dan turgor
D : Nafsu makan klien meningkat ( 1-2porsi)
A:
Masalah teratasi Sebagian
P:
Melanjutkan intervensi
|
|
BAB 4
PENUTUP
2.6
Kesimpulan
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit
yang ditandai dengan kerusakan pada katub jantung akibat serangan karditis
reumatik kut yang berulang kali.(kapita
selekta edisi 3,2000)
Penyebab
terjadinya penyakit reumatic heart diseases diperkirakan adalah reaksi autoimun
(kekebalan tubuh)yang disebabkan oleh demam reumatik.Infeksi infeksi β Steptococcus Hemolyticus Grup A
pada tenggorok yang selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik demam
reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.
Beberapa faktor predisposisi
terjadinya penyakit jantung reumatic/reumatic heart diseases:
1.
Faktor individu
·
Faktor
genetik
·
Umur
·
Reaksi
autoimun
2.
Faktor lingkungan
· Keadaan sosial ekonomi
yang buruk
·
Cuaca
·
Demam
reumatik
2.7
Saran
Semoga dengan adanya Makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan seputar REUMATIC HEART DISEASES (RHD) dan dapat juga bermanfaat bagi Mahasiswa STIKES Muhammadiyah
Lamongan dan khususnya bagi kelompok 7
Daftar Pustaka
Heni,dkk, (2001),Buku Ajar
keperawatan Kardiovasculer Edisi 1, Harapan Kita, Jakarta
Suddarth, brunner, ( 2002). Buku
Ajar keperawatan Medikal Bedah VOl 2 Edisi 8, EGC, Jakarta.
Carpenito, Lynda juall, ( 2001),BUku
Saku diagnosa keperawatan EDisi 8, EGC, Jakarta
Price, a. s. (2007). patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit. jakarta: buku kedokteran EKG .
Price, S. A. (2006). Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,E/6, Vol 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar